About

Thursday, January 16, 2014

Rindu

Mentari masih begitu pagi ketika ku terbangun dari tidurku, pagi ini ku harus kekampus karena akan ada kuliah pagi. Manjalani perkuliahan dipagi hari tentunya hal yang tidak kuharapkan apalagi bagi orang yang malas bangun sepertiku. Tapi, kali ini tidak menyurutkan semangatku, bukan karena mata kuliah paforitku bukan pula karena kemampuan dosen yang membuatku terpukau dalam menyampaikan mata kuliah, melainkan karena telah ada spirit dari dalam hatiku yang telah ditanam oleh seorang gadis yang membuatku merindu setiap saat.

“Sepertinya saya berangkat terlalu pagi, ya.. terlalu pagi” bisikku dalam hati. Karena tak satupun teman kelasku yang dating, dan saya menjadi orang pertama masuk dikelas hari ini. Sebuah prestasi buatku kali ini. Hhhmmmm… dialah yang menjadi inspirasiku hari ini dan telah kusampaikan berulang kali kepada tuhan tentang dirinya. Dialah yang kurindukan Tuhan. Dialah yang membuatku tersenyum ketika hati mulai redup.
Jam kuliah telah usai, satu persatu temanku pun meninggalkan ruangan, hanya teman-teman pengurus himpunan yang tetap berada diruangan karena seperti biasanya kami selalu memanfaatkan waktu sehabis kuliah untuk berdiskusi dan berbagi cerita. Untuk periode tahun ini saya menjabat sebagai sekretaris umum di himpunan mahasiswa pendidikan administrais perkantoran fakultas ilmu social universitas negeri makassat (HMPS AP FIS UNM). Sebagai pengurus inti dilembaga internal kampus tentunya selain mengurus kuliah juga harus mengetahui kondisi internal kampus khususnya dijurusan kami sendiri, apalagi berkaitan dengan jabatan saya selaku sekretaris tentunya haruslah mengetahui informasi terbaru baik seputar lembaga lain sampai ditingkan birokrasi universitas.

Berbagai topik pembicaraan kami bahas pagi ini sampai akhirnya ada jurusan lain yang akan mengunakan ruangan tempat kami berada saat ini. Kami pun meninggalkan ruangan dan memilih untuk pulang ke kost masing-masing karena hari ini Cuma ada satu mata kuliah yang masuk yaitu pagi tadi.

Saya tidak berpikir untuk pulang ke kost, karena biasanya saya menghabiskan hari-hariku di kampus bahkan jika memungkinkan saya bermalam di kampus. Tak ada agenda hari ini, dari lantai dua kuperhatikan taman gasebo yang ramai dengan akrivitas mahasiswa, diantara mereka ada yang duduk berbentuk lingkaran dan bisa kutebak bahwa mereka sementara berdiskusi meski kutak tahu tema yang mereka bicarakan.

Kemana dia ya ..? ya, tiba-tiba saya teringat olehnya. Mungkinkah dia masuk kuliah hari ini ?

Kalaupun dia kuliah, bisanya untuk hari kamis ruangan kami bersebelahan, tapi mengapa dia tidak kelihatan, bahkan tak satupun teman angkatannya yang terlihat pagi ini. Mungkinkah jam kuliahnya dipindahkan kejam lain atau kehari lain ? berbagai pertanya dalam hatiku bermunculan seolah-olah memaksaku untuk mencarinya. Aku mencarinya, bahkan merindukannya pagi ini. Kembali kuperiksa ruangan yang biasa dia gunakan untuk mata kuliah hari kamis pagi, namun yang ada hanya jurusan lain yang mengisi ruangan itu pagi ini.

Saya kembali mencarinya, dan rasa rindu kembali menghantuiku.

Itu dia, dari lantai dua kuperhatikan wajahnya yang elok dipandang. Dia pun melihat kearahku dengan senyuman yang menenangkan hatiku laksana hempasan angin sepoi-sepoi yang begitu damai. Kuperhatikan dirinya hingga dia hilang dari pandanganku, tak lama kemudian sosoknya muncul dan kembali ku dibuat terpukau olehnya dan ku pandangi dia sambil melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.
“Pagi kak”. “Iya, pagi juga dek” segera kubalas sapaannya.
“Baru datang ya”? tidak kuliah ? segera kuserang dia dengan berbagai pertanyaan.
“Kuliah kok, Cuma jamnya dipindahkan ke jam 9 karena ada jurusan lain yang menggunakan ruangan kami, lagipula dosen mata kuliahku tidak bisa kalau jam 7.30 jadi kami sepakat untuk memindahkannya ke jam 9”. Jawabnya
“Ow begitu ya, terus teman-teman yang lain kemana ?
“Yang lain mungkin masih dijalan kak”.
“Sudah dihubungi kembali dosennya ?
“Sudah kak, dan katanya dia akan masuk pagi ini”
“Ow, baguslah”. Jawabku spontan
Ditengah percakapan kami, muncullah teman angkatannya satu persatu, dan dia pun pamit untuk masuk keruangan.

“Oiya dek, entah sore datang kak dirapat”? tanyaku seolah manahannya pergi.
“Oiya dong kak, saya kan sekretaris panitia”. Jawabnya sambil tersenyum dan menaikkan jempol tangan pertanda dia sangat siap untuk datang rapat entar sore. Dan diapun berlalu sambil memasuki ruang kuliahnya. Meski kumerasa masih ingin dia berada didekatku sambil berbagi cerita karena setidaknya dengan begitu kudapat memandangi wajahnya dengan hiasa senyuman yang begitu indah.


Sore ini kami mengagendakan rapat panitia inagurasi untuk angkatannya sebagai agenda pengganti program kerja, karena agenda yang telah direncanakan sebelumnya tidak disepakati oleh birokrasi fakultas. Lembaga kemahasiswaan dilarang membuat kegiatan diluar kampus yang melibatkan mahasiswa baru apalagi berhubungan dengan Latihan Dasar Kepeminpinan dan Manajemen (LDKM).

****

Saya telah banyak tahu tentangnya, mulai dari asal daerahnya sampai tentang pacarnya, ya tentang pacarnya. Dia telah dimiliki oleh seorang yang sangat beruntung sejak masih duduk dibangku sekolah. Sayang terkadang ingin mengurungkan niatku untuk menyatakan rasaku padanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabatnya bahwa  dia bahagia bersama kekasihnya. Dan seketika terbayang dalam pikirku bahwa ku tak ingin mengganggu hubungannya, ku tak ingin merampas kebahagiaannya saat ini dengan menghadirkan diriku ditengah hubungan mereka. Saya tahu dan sadar bahwa saya tak dapat menjamin akan membawanya pada kehidupan yang lebih baik dan bahagia seperti saat ini bersama kekasihnya.
Semua berlalu begitu saja, rasa yang selama ini menggugah jiwa lenyap dengan sendirinya seiring datangnya seorang wanita lain dalam hidupku. Wanita itu mampu menutupi rasaku, mampu membawaku pada suasana damai. Dan wanita itu tidak lain adalah sahabatnya sendiri.
Hari berlalu menyisakan kenangan, dia yang selama ini membuatku jatuh cinta kini berubah menjadi adik sekaligus sahabat. Seperti tak pernah ada rasa, aku dan dia menjalani hari-hari dengan canda sebagaimana teman-temannya yang lain, tak ada lagi yang istimewa seperti sebelumnya. Rani, gadis yang baru muncul kini mampu mengisi hari-hariku hingga rasaku semakin besar terhadapnya. Berawal dengan saling meminjamkan buku hingga jalan bersama, sampai pada saat aku menyatakan rasaku padanya. Namun, hal yang tak kuduga sebelumnya bahwa ternyata sama dengan gadis sebelumnya dia pun telah dimiliki oleh orang lain, telah ada lelaki lain yang telah mengisi ruang dalam hatinya.
Tak ingin menerima kondisi yang sama dimana aku harus merelakan cintaku terbawa arus hinggal lenyap, aku coba bertahan pada keadaan menyakitkan, mencintai seorang gadis yang telah memiliki kekasih sama halnya menggali kuburan sendiri. Namun, aku tetap bertahan hingga hal yang telah terpikirkan pun terjadi. Tampaknya dia mencoba untuk setia dengan kekasihnya hingga hanya maaf yang keluar dari lisannya.
Aku tetap mempertahankan perasaanku, tetap komitmen pada apa yang kuperjuangkan meski itu menyakitkanku. Hingga suatu ketika kami pun semakin dekat, dan tiba saatnya untuk menyatakan perasaanku tuk kedua kalinya. Berbeda dengan jawabannya yang pertama, kali ini telah tumbuh harapan untukku untuk menjalani hubungan dengannya meski status pacaran tak mengikat hubungan kami.
Hari berlalu, perahu pun tak selamanya berlabu pada air yang tenang, pertengkaran silih berganti mewarnai hubungan kami, namun usaha untuk tetap bertahan pun tetap berhasil mengeluarkan kami dari keadaan tersebut. Tak hanya sekali, setiap pertengkaran dan perselisihan menjadi bagian dari langkah kami namun sekuat itu pun untuk tetap mempertahankannya.
Sekuat apa pun kami mempertahankannya, namun kami tetaplah manusa biasa yang memiliki batas kesabaran, sampai pada suatu kondisi yang menyelimuti hubungan kami sehingga kami pun menyerah dan memilih untuk melangkan dijalan yang berlainan, kekasih yang pernah dia ceritakan bahwa telah berpisah kini kembali lagi, bahkan kami bertiga berada pada tempat yang sama dan begitu menyakitkan ketika gadis yang begitu menggugahku, tempatku menggantung segala harapan kini memilih kembali dengan mantang kekasihnya. Terbuang dan diacuhkan hingga kuberjalan sendiri mengarungi jalan yang gelap telah menyelimutiku disetiap hariku, kutak dapat memahami hidupku lagi, mimpi yang selama ini kugantung bersamanya pun kini berjatuhan satu persatu, hancur dan terbang bersama debu yang dihempas angin.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan namun kondisi ini tetap sama, tak ada yang berubah. Rasa sayang yang begitu besar mengakibatkan luka yang begitu dalam hingga harus kutanggung sendiri, kuberjalan bersama luka, hingga kutak mampu lagi menatap tujuanku, semua hampa layaknya hidup kehilangan makna. Ku tertidur begitu lama hingga kutak mampu membedakan antara terang dan gelap, saat matahari menampakkan sinarnya, hingga berganti senja lalu kemudian gelap, aku tetap memilih bersembunyi diruang yang hampa.

Merasakan luka ini, barulah kusadar bahwa sesungguhnya kutelah salah memilih. Aku telah memilih gadis yang tak seharusnya kugantungkan harapanku, aku telah memilih gadis yang membunuhku secara diam-diam. Penyesalan kini hadir dalam keluhku, namun penyesalan hanyalah penyesalan, tak akan mengubah dan memperbaiki keadaan yang sulit ini. Gadis pertama yang pernah mengisi hatiku pun kini menjalin hubungan baru dengan lelaki lain setelah berpisah dengan kekasihnya. Dia tampak bahagia dengan kekasih barunya hingga perasaan yang kembali muncul terhadapnya kini ku kubur sendiri. Aku kini melangkah sendiri mengarungi sisa hidupku. Kini kutelah melangkah jauh, berbagai suasana satu persatu aku lewati, luka, duka, dan suka kini telah menjadi makan malamku, dan inilah yang akan menjadi bekal dalam menghabiskan sisa hidupku, berharap mimpi-mimpi yang selama ini telah pudar kini kembali mengawan dan berwarna bersama bintang dilangit yang bersinar ditengah kegelapan.

No comments:

 

Total Pageviews

Pages