Mentari masih begitu pagi ketika ku terbangun dari
tidurku, pagi ini ku harus kekampus karena akan ada kuliah pagi. Manjalani perkuliahan
dipagi hari tentunya hal yang tidak kuharapkan apalagi bagi orang yang malas
bangun sepertiku. Tapi, kali ini tidak menyurutkan semangatku, bukan karena
mata kuliah paforitku bukan pula karena kemampuan dosen yang membuatku terpukau
dalam menyampaikan mata kuliah, melainkan karena telah ada spirit dari dalam
hatiku yang telah ditanam oleh seorang gadis yang membuatku merindu setiap
saat.
“Sepertinya saya berangkat terlalu pagi, ya..
terlalu pagi” bisikku dalam hati. Karena tak satupun teman kelasku yang dating,
dan saya menjadi orang pertama masuk dikelas hari ini. Sebuah prestasi buatku
kali ini. Hhhmmmm… dialah yang menjadi inspirasiku hari ini dan telah
kusampaikan berulang kali kepada tuhan tentang dirinya. Dialah yang kurindukan
Tuhan. Dialah yang membuatku tersenyum ketika hati mulai redup.
Jam kuliah telah usai, satu persatu temanku pun
meninggalkan ruangan, hanya teman-teman pengurus himpunan yang tetap berada
diruangan karena seperti biasanya kami selalu memanfaatkan waktu sehabis kuliah
untuk berdiskusi dan berbagi cerita. Untuk periode tahun ini saya menjabat
sebagai sekretaris umum di himpunan mahasiswa pendidikan administrais
perkantoran fakultas ilmu social universitas negeri makassat (HMPS AP FIS UNM).
Sebagai pengurus inti dilembaga internal kampus tentunya selain mengurus kuliah
juga harus mengetahui kondisi internal kampus khususnya dijurusan kami sendiri,
apalagi berkaitan dengan jabatan saya selaku sekretaris tentunya haruslah
mengetahui informasi terbaru baik seputar lembaga lain sampai ditingkan
birokrasi universitas.
Berbagai topik pembicaraan kami bahas pagi ini sampai akhirnya
ada jurusan lain yang akan mengunakan ruangan tempat kami berada saat ini. Kami
pun meninggalkan ruangan dan memilih untuk pulang ke kost masing-masing karena
hari ini Cuma ada satu mata kuliah yang masuk yaitu pagi tadi.
Saya tidak berpikir untuk
pulang ke kost, karena biasanya saya menghabiskan hari-hariku di kampus bahkan
jika memungkinkan saya bermalam di kampus. Tak ada agenda hari ini, dari lantai
dua kuperhatikan taman gasebo yang ramai dengan akrivitas mahasiswa, diantara
mereka ada yang duduk berbentuk lingkaran dan bisa kutebak bahwa mereka
sementara berdiskusi meski kutak tahu tema yang mereka bicarakan.
Kemana dia ya ..? ya, tiba-tiba
saya teringat olehnya. Mungkinkah dia masuk kuliah hari ini ?
Kalaupun dia kuliah, bisanya
untuk hari kamis ruangan kami bersebelahan, tapi mengapa dia tidak kelihatan,
bahkan tak satupun teman angkatannya yang terlihat pagi ini. Mungkinkah jam
kuliahnya dipindahkan kejam lain atau kehari lain ? berbagai pertanya dalam
hatiku bermunculan seolah-olah memaksaku untuk mencarinya. Aku mencarinya,
bahkan merindukannya pagi ini. Kembali kuperiksa ruangan yang biasa dia gunakan
untuk mata kuliah hari kamis pagi, namun yang ada hanya jurusan lain yang
mengisi ruangan itu pagi ini.
Saya kembali mencarinya, dan
rasa rindu kembali menghantuiku.
Itu dia, dari lantai dua kuperhatikan
wajahnya yang elok dipandang. Dia pun melihat kearahku dengan senyuman yang
menenangkan hatiku laksana hempasan angin sepoi-sepoi yang begitu damai. Kuperhatikan
dirinya hingga dia hilang dari pandanganku, tak lama kemudian sosoknya muncul dan
kembali ku dibuat terpukau olehnya dan ku pandangi dia sambil melangkahkan
kakinya menaiki anak tangga.
“Pagi kak”. “Iya, pagi juga dek”
segera kubalas sapaannya.
“Baru datang ya”? tidak kuliah
? segera kuserang dia dengan berbagai pertanyaan.
“Kuliah kok, Cuma jamnya
dipindahkan ke jam 9 karena ada jurusan lain yang menggunakan ruangan kami,
lagipula dosen mata kuliahku tidak bisa kalau jam 7.30 jadi kami sepakat untuk
memindahkannya ke jam 9”. Jawabnya
“Ow begitu ya, terus
teman-teman yang lain kemana ?
“Yang lain mungkin masih
dijalan kak”.
“Sudah dihubungi kembali
dosennya ?
“Sudah kak, dan katanya dia
akan masuk pagi ini”
“Ow, baguslah”. Jawabku spontan
Ditengah percakapan kami,
muncullah teman angkatannya satu persatu, dan dia pun pamit untuk masuk
keruangan.
“Oiya dek, entah sore datang
kak dirapat”? tanyaku seolah manahannya pergi.
“Oiya dong kak, saya kan
sekretaris panitia”. Jawabnya sambil tersenyum dan menaikkan jempol tangan
pertanda dia sangat siap untuk datang rapat entar sore. Dan diapun berlalu
sambil memasuki ruang kuliahnya. Meski kumerasa masih ingin dia berada
didekatku sambil berbagi cerita karena setidaknya dengan begitu kudapat
memandangi wajahnya dengan hiasa senyuman yang begitu indah.
Sore ini kami mengagendakan
rapat panitia inagurasi untuk angkatannya sebagai agenda pengganti program
kerja, karena agenda yang telah direncanakan sebelumnya tidak disepakati oleh
birokrasi fakultas. Lembaga kemahasiswaan dilarang membuat kegiatan diluar
kampus yang melibatkan mahasiswa baru apalagi berhubungan dengan Latihan Dasar Kepeminpinan
dan Manajemen (LDKM).
****
Saya telah banyak tahu
tentangnya, mulai dari asal daerahnya sampai tentang pacarnya, ya tentang
pacarnya. Dia telah dimiliki oleh seorang yang sangat beruntung sejak masih duduk
dibangku sekolah. Sayang terkadang ingin mengurungkan
niatku untuk menyatakan rasaku padanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh sahabatnya bahwa dia bahagia bersama kekasihnya. Dan seketika
terbayang dalam pikirku bahwa ku tak ingin mengganggu hubungannya, ku tak ingin
merampas kebahagiaannya saat ini dengan menghadirkan diriku ditengah hubungan
mereka. Saya tahu dan sadar bahwa saya tak dapat menjamin akan membawanya pada
kehidupan yang lebih baik dan bahagia seperti saat ini bersama kekasihnya.
Semua berlalu begitu saja, rasa yang selama ini
menggugah jiwa lenyap dengan sendirinya seiring datangnya seorang wanita lain
dalam hidupku. Wanita itu mampu menutupi rasaku, mampu membawaku pada suasana damai.
Dan wanita itu tidak lain adalah sahabatnya sendiri.
Hari berlalu menyisakan kenangan, dia yang selama
ini membuatku jatuh cinta kini berubah menjadi adik sekaligus sahabat. Seperti tak
pernah ada rasa, aku dan dia menjalani hari-hari dengan canda sebagaimana
teman-temannya yang lain, tak ada lagi yang istimewa seperti sebelumnya. Rani,
gadis yang baru muncul kini mampu mengisi hari-hariku hingga rasaku semakin
besar terhadapnya. Berawal dengan saling meminjamkan buku hingga jalan bersama,
sampai pada saat aku menyatakan rasaku padanya. Namun, hal yang tak kuduga
sebelumnya bahwa ternyata sama dengan gadis sebelumnya dia pun telah dimiliki
oleh orang lain, telah ada lelaki lain yang telah mengisi ruang dalam hatinya.
Tak ingin menerima kondisi yang sama dimana aku
harus merelakan cintaku terbawa arus hinggal lenyap, aku coba bertahan pada keadaan
menyakitkan, mencintai seorang gadis yang telah memiliki kekasih sama halnya menggali
kuburan sendiri. Namun, aku tetap bertahan hingga hal yang telah terpikirkan
pun terjadi. Tampaknya dia mencoba untuk setia dengan kekasihnya hingga hanya
maaf yang keluar dari lisannya.
Aku tetap mempertahankan perasaanku, tetap komitmen
pada apa yang kuperjuangkan meski itu menyakitkanku. Hingga suatu ketika kami
pun semakin dekat, dan tiba saatnya untuk menyatakan perasaanku tuk kedua
kalinya. Berbeda dengan jawabannya yang pertama, kali ini telah tumbuh harapan
untukku untuk menjalani hubungan dengannya meski status pacaran tak mengikat
hubungan kami.
Hari berlalu, perahu pun tak selamanya berlabu pada
air yang tenang, pertengkaran silih berganti mewarnai hubungan kami, namun
usaha untuk tetap bertahan pun tetap berhasil mengeluarkan kami dari keadaan
tersebut. Tak hanya sekali, setiap pertengkaran dan perselisihan menjadi bagian
dari langkah kami namun sekuat itu pun untuk tetap mempertahankannya.
Sekuat apa pun kami mempertahankannya, namun kami
tetaplah manusa biasa yang memiliki batas kesabaran, sampai pada suatu kondisi
yang menyelimuti hubungan kami sehingga kami pun menyerah dan memilih untuk
melangkan dijalan yang berlainan, kekasih yang pernah dia ceritakan bahwa telah
berpisah kini kembali lagi, bahkan kami bertiga berada pada tempat yang sama
dan begitu menyakitkan ketika gadis yang begitu menggugahku, tempatku
menggantung segala harapan kini memilih kembali dengan mantang kekasihnya. Terbuang
dan diacuhkan hingga kuberjalan sendiri mengarungi jalan yang gelap telah
menyelimutiku disetiap hariku, kutak dapat memahami hidupku lagi, mimpi yang
selama ini kugantung bersamanya pun kini berjatuhan satu persatu, hancur dan
terbang bersama debu yang dihempas angin.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan namun
kondisi ini tetap sama, tak ada yang berubah. Rasa sayang yang begitu besar
mengakibatkan luka yang begitu dalam hingga harus kutanggung sendiri,
kuberjalan bersama luka, hingga kutak mampu lagi menatap tujuanku, semua hampa
layaknya hidup kehilangan makna. Ku tertidur begitu lama hingga kutak mampu
membedakan antara terang dan gelap, saat matahari menampakkan sinarnya, hingga
berganti senja lalu kemudian gelap, aku tetap memilih bersembunyi diruang yang hampa.
Merasakan luka ini, barulah kusadar bahwa
sesungguhnya kutelah salah memilih. Aku telah memilih gadis yang tak seharusnya
kugantungkan harapanku, aku telah memilih gadis yang membunuhku secara diam-diam.
Penyesalan kini hadir dalam keluhku, namun penyesalan hanyalah penyesalan, tak
akan mengubah dan memperbaiki keadaan yang sulit ini. Gadis pertama yang pernah
mengisi hatiku pun kini menjalin hubungan baru dengan lelaki lain setelah berpisah
dengan kekasihnya. Dia tampak bahagia dengan kekasih barunya hingga perasaan
yang kembali muncul terhadapnya kini ku kubur sendiri. Aku kini melangkah
sendiri mengarungi sisa hidupku. Kini kutelah melangkah jauh, berbagai suasana
satu persatu aku lewati, luka, duka, dan suka kini telah menjadi makan malamku,
dan inilah yang akan menjadi bekal dalam menghabiskan sisa hidupku, berharap
mimpi-mimpi yang selama ini telah pudar kini kembali mengawan dan berwarna bersama
bintang dilangit yang bersinar ditengah kegelapan.
No comments:
Post a Comment