About

Thursday, January 9, 2014

Do'a Dalam Sujudku

Dia sangat mencintaiku. Dan saya tak boleh menyia-nyiakannya.. “Tuhan, Jadikan Dia Pasangan yang baik Untukku dan saya sebagai pendamping yang baik untuknya” (do’a dalam setiap sujudku)

Kusandarkarkan tubuhku didinding dalam ruang yang berukuran 3 x 3 yang menjadi istanaku saat ini, sesekali tersenyum dikala ku membayangkan dirinya yang anggung dengan kaca mata yang menambah keindahan raut wajahnya. Cinta, mungkin itulah kata yang menyelimutiku saat ini dan dekapan kerinduan dan kasih sayang darinya.
Meski begitu lelah dengan aktivitas kantor hari ini dan melintasi jalan yang begitu ramai dengan pengendara yang sesekali membuatku marah ketika bunyi klakson bersamaan berteriak menggemparkan jalan sore ini, mereka yang tak sabar seolah memiliki kepentingan yang tak bisa ditinggalkan walau sedetik, kalaupun
begitu mengapa mereka tak berangkat lebih awal sehingga tak harus menjadi pengacau jalan sore ini. “Dasar, seperti saja jalanan milik nenek moyan mereka” ucapku dalam hati.
Lega rasanya ketika ku hentikan motorku depan kost karena setidaknya tak harus berada ditengah-tengan para pengendara yang resek tadi. Suasana begitu sepi tak seperti biasanya yang diwarnai dengan suara gitar dan nyanyian dari penghuni kost. Kemana mereka ? kuliah ? tapi sudah sore. Ah, peduli apa aku dengan mereka, apapun aktivitas mereka selama tidak menggangguku, ya terserah saja.
Selepas mandi sore dan ganti pakaian saya teringat dirinya, ku gapai handphoneku yang ada di kantong celana kerjaku yang telah ku gantung dibagian belakang pintu, saya berniat mengirimkan pesan singkat untukknya untuk mengetahui kabarnya hari ini namun ternyata dia lebih dulu mengirimkan pesan untukku, “Rinduka” hanya satu kata namun mampu membuatku nyaman sore ini. Segera ku balas pesannya dengan kata yang sama dan obrolah melalu pesan singkat pun merlanjut hingga tak terasa adzan magrib dikumandangkan di mesjid yang tak jauh dari tempat tinggalku.
Namanya Irma, dia adalah sosok yang ku idamkan dalam hidupku, dan dia pun mampu menjadi sandaranku dikala berbagai masalah menyelimutiku. Ketika ku bersamanya berbagai curhatanku mengalir begitu lancar dan dia pun selalu memberikan saran yang menjadi solusi dari permasalahn yang kuhadapi. Kubegitu bangga memilikinya.
Bahkan ketika saya marah padanya, dia dengan sabar menghadapiku hingga ku sadar bahwa ku tak harus marah padanya dan membuatku minta maaf tanpa dia minta.
            “ngapain” itulah pesan yang selalu masuk dihandphoneku.
            “duduk-duduk dikantor” jawabku
            “begitu ya”
            “Iya, entar pulang kantor saya singgah yang di kost” pintaku.
            “iya, silakan”

Hampir setiap pulang kantor saya menyempatkan diri untuk mengunjunginya di kost, karena ku selalu merindukannya. Dia memang sosok yang selalu ku rindukan akhir-akhir ini. Hari-hariku berlalu terasa hampa tanpanya. Sesampai dikostnya biasanya kuhabiskan waktuku dengan bercanda dengannya. Dia pecinta film korea yang biasa diputar di salah satu stasiun televisi dan kadang bersamaan dengan program tv yang saya senangi yaitu “Springtime for Bear” film karton yang terkadang membuatku tertawa dengannya.
Segalas teh terkadang tak terasa telah habis ketika telah larut dalam obrolan dengannya. Dia cantik dan manis sehingga mampu membuat perhatianku tertuju padanya. Meski kaca mata yang biasa dia gunakan tak lagi mewarnai wajahnya. Kaca matanya patah karena terinjak ketika dia bangun tidur beberapa hari lalu. Kuingin membelikannya yang baru namun kondisi keuangan saat ini berkata tidak. Karena jujur sampai saat ini ku tak memiliki penghasilan sedikit pun.
            “Dek, aku menyayangimu” itulah kata yang selalu ku katakan dihadapannya.
            “Saya tidak” katanya sambil tersenyum
            “Ya sudah kalau kamu tidak menyayangiku, kalau begitu saya tarik kata-kataku tadi”

Dia pun cemberut sambil mencubik lenganku, kurebahkan tubuhku didekatnya dan kusandarkan kepalaku dipahanya. Kunikmati sore itu bersamanya. kuhampir terlelap hingga ku dengar suaranya.
            “bukannya ada kegiatan entar malam di benteng”?
            “Iya, sebentar baru berangkat” jawabku
            “Saya ikut”
            “Iya, kamu memang harus ikut, bukannya kamu menjadi peserta”?
            “Saya tidak mau, saya tidak mau ikut sebagai peserta”
            “maksudnya”? bukannya mau ikut dalam pengkaderan ini”?
            “Tidak jadi, saya takut ketika terlalu banyak organisasi yang saya ikuti namun tidak aktif, kan percuma” jawabnya
            “ya sudah kalau memang tidak bisa ikut pengkaderan, tapi serius mau kesana sebentar”?
            “iya”.

Meski dia tak menjadi peserta dalam pengkaderan, namun setidaknya ku bahagia karena dia ingin mendampingiku setiap ada kegiatan diluar kampus. Meski terkadang kumerasa kasihan padanya karena harus ikut begadang dalam dinginnya malam yang harusnya dia bisa terlelap dalam tidurnya. Tapi saya tak mungkin melarangnya karena ku takut mengecewakannya.
Dalam setiap akhir sujudku dilima waktu, ku selalu menitipkan doa untukknya dari sekian do’a yang ku kumandangkan. Tuhan, Jadikanlah dia pasangan yang baik untukku dan saya sebagai pendamping yang baik untukknya. Ku tahu hidup ini akan berakhir, namun kuingin bersamanya hingga pada akhirnya ku kembali padamu bersama cintanya dia adalah adikku sekaligus kekasih yang sangat kusayangi maka satukanlah kami dan selimutilah kami dengan sinarmu hingga mampu melangkahkan kaki bersama-sama menuju jalan yang Kau Ridhai. Aamin

No comments:

 

Total Pageviews

Pages