Makassar,
11 oktober 2013
Jalan
begitu ramai dengan pengendara sore itu, baik roda dua maupun roda tiga, tampak
pula keramaian di halaman gedung pinisi yang merupakan symbol dari kampus
universitas negeri Makassar (UNM). Semua sibuk dengan aktivitasnya masing
masing meski ada diantara mereka yang hanya duduk tenang di pojok gedung sambil
menikmati laju kendaraan yang melintas dijalan Pangeran pettarani.
Sore
itu langit tampak cerah tak ada tanda-tanda hujan akan turun sebagaimana
hari-hari sebelumnya.
Senyuman mentari sore itu tampak lebar hingga mampu
memberikan cahaya pada setiap orang waktu itu. Aku pun hanya duduk
memperhatikan setiap orang yang lewat tak jauh dari tempak saya duduk. Sebagian
diantara mereka adalah orang yang telah aku kenal sebelumnya sehingga saling
sapan pun terjadi.
Dari
kejauhan tampak sosok yang begitu kurindukan, ku coba memanggilnya namun
suaraku pun tak mampu untuk membuatnya berbalik menatapku bahka kuhayalkan
untuk mengirimkan isyarat yang dalam pikirku akan menyadarkannya bahwa aku
disini menunggunya.
Dia
terus berjalan dan sesekali memandangi gedung yang ada disekitarnya,
“dia
begitu indah” dalam pikirku. Itulah seuntai kata yang selalu kurangkai dalan
setiap harinya yang manandakan kekagumanku padanya.
Disaat
yang bersamaan terdengar suara dari sisi kiriku yang mencoba menyapa namaku,
sejenak kualihkan perhatianku padanya, hanya selang beberapa detik ku coba
kembali padanya yang jauh disana “seorang gadis yang begitu kusayangi” namun
dari beberpa detik itu membuatnya semakin jauh dari pandanganku. Tanpa sadar ku
langsung berdiri dari tempat dudukku dan berusaha mengejarnya. Taman ini
terlalu luas untuk menjangkaunya, bahkan membuatnya semakin jauh.
Dia
hilang dari pandanganku, kemanakah dia.
Kuperhatikan
disekelilingku
Kucari
sosoknya.
Kemanakah
dia, mengapa menghilang bagai ditelan bumi, kuberlari melintasi beberapa gedung
kampus sore itu, namun semakin ku berusaha dan terus berlari justru yang ada ku
semakin dibutakan olehnya.
Dia
tidak ada, telah tiada.
Namun
tak mungkin kuberhenti ditempat ini, ku harus menemukannya, kuingin dia kembali
dalam pelukku,
Ku
harus menemukannya.
Kucoba
beristirahat sejenak ditengah taman, kucoba sadarkan diriku bahwa dia tidak
ada, dia telah pergi,
Namun
megapa begitu cepat dia menghilang, dia pergi kemana ? Itulah pertanyaan yang
hadir dipikirku saat ini.
Kutundukkan
kepalaku, dan kucoba tenagkan diriku dari bayangnya. Aku sangat mencintainya
namun mengapa justru bayangnya yang selalu hadir dihadapanku, lalu kemana dia
yang sebenarnya, apakah telah menjadi milik orang lain, dan mengapa harus orang
lain, apakah ada yang mencintainya dan lebih besar dari cintaku ? mengapa bukan
aku yang justru selama ini telah berusaha meyakinkannya bahwa ku bias
membahagiakannya. Mengapa harus orang lain yang justru memilikinya.
Hari
sudah mulia gelap. Mahasiswa yang tadinya ramai berlalu lalang pun kini sudah
mulai sepi dan aku tetap disini mananti bahwa dia akan dating mengulurkan
tangan sebagaimana yang sering terjadi dibeberapa sinetron yang pernah
kutonton.
Namun
ini bukanlah cerita cinta yang telah ku skanariokan dalam hidupku, bahagia
ataupun sedih diakhir cerita ini pun aku tak tahu namun yang jelas kuhanya
mampu menatap bayangnnya saat ini.
Dia
telah pergi.
Pergi
bersama orang lain, dan aku masih disini dengan kebodohanku karena menunggunya.
No comments:
Post a Comment