About

Thursday, January 9, 2014

Hadirku, Ditengan Siana'

Malam kini telah jauh dalam kegelapan
Ketika jarum arlojiku menunjukkan pukul 12.40
Dengan nada piawai pujangga
Yang melantung indah mewarnai malam

Demi pena yang menorehkan tintanya
Dengan untaian kata
“para gitte sipakainga
Sipassirikki lino akhera”

Aku kini berada dalam kebimbangan
Tak ayalnya tatapan mata kosong jauh diseberang
Tempat yang bertuliskan “Rumah Adat Bantaeng”
Pun menertawai keberadaanku, dalam diam

Buku bacaan menjadi teman tidurku
Ketika kekasih yang ku idamkan tak lagi menggenggam jemariku
Dikala dia melangkah jauh menginggalkan
Kenangan itu

Aku sendiri, ketika engkau datang
Ketika istana pijakanku
Tergusur dan beterbangan
Bersama angin mamiri, dikala senja

Aku menangis dalam tawaku
Ku dianggap gila
Ditengah orang-orang yang tak sadar

Koskar, engkau menjadi tongkat dan penopang
Dikala kakiku tak lagi mampu melangkah
Menjadi cahaya
Dikala lilin hati telah redup

Kini malam telah benar-benar gelap
Rembulan tak lagi ada mewarnai langit
Namun masih ada engkau,
Dengan sapaanmu, SIANA’





Adhy Wj

No comments:

 

Total Pageviews

Pages