Malam kini telah
jauh dalam kegelapan
Ketika jarum
arlojiku menunjukkan pukul 12.40
Dengan nada piawai
pujangga
Yang melantung
indah mewarnai malam
Demi pena yang menorehkan
tintanya
Dengan untaian kata
“para gitte
sipakainga
Sipassirikki lino
akhera”
Aku kini berada
dalam kebimbangan
Tak ayalnya tatapan
mata kosong jauh diseberang
Tempat yang
bertuliskan “Rumah Adat Bantaeng”
Pun menertawai
keberadaanku, dalam diam
Buku bacaan menjadi
teman tidurku
Ketika kekasih yang
ku idamkan tak lagi menggenggam jemariku
Dikala dia
melangkah jauh menginggalkan
Kenangan itu
Aku sendiri, ketika
engkau datang
Ketika istana
pijakanku
Tergusur dan
beterbangan
Bersama angin mamiri,
dikala senja
Aku menangis dalam
tawaku
Ku dianggap gila
Ditengah
orang-orang yang tak sadar
Koskar, engkau
menjadi tongkat dan penopang
Dikala kakiku tak
lagi mampu melangkah
Menjadi cahaya
Dikala lilin hati
telah redup
Kini malam telah
benar-benar gelap
Rembulan tak lagi
ada mewarnai langit
Namun masih ada
engkau,
Dengan sapaanmu, SIANA’
Adhy Wj
No comments:
Post a Comment