About

Wednesday, June 5, 2013

Novelis Yang Terpinggirkan


Menjadi serorang novelis mungkin menjadi harapan bagi setiap orang, dengan menerbitkan beberapa buku yang siap dinikmati oleh jutaan pembaca. Menulis bukan hanya berusaha menyediakan media bagi para pembaca tetapi lebih kepada proses komunikasi terhadap diri sendiri dan dengan alam sekitar.



Menjadi penulis mungkin terdengar indah bagi kita semua. tetapi tidak ketika harus menjalaninya. Ya... menjadi penulis sungguh tidak menyenangkan, bukan karena harus menjadi pembaca atau kutu buku terlebih dahulu tetapi lebih kepada pengingatan kembali dari beberapa kenangan termasuk yang begitu menyedihkan. Terkadang kita harus lari dari keramaian dan memilih menyendiri. bahkan kita harus menerima
bahwa sahabat terbaik hari ini hanyalah pena dan buku tulis yang siap menemani disetiap aktivitas kita.


Terkadang harus memutar otak disetiap kondisi bahkan memilih untuk tidak tidur disaat orang lain sementara menikmati mimpinya. setiap kalimat menjadi begitu berharga tatkala menjadi penunjang untuk kalimat berikutnya.

Pernah suatu ketika ada teman yang bertanya, "mengapa harus menulis?
dan secara enteng saya menjawab "dengan menulis kita akan menjadi abadi, mungkin suatu saat nanti jasad kita akan terkubur dibawah tanah tetapi tidak untuk karya yang kita titipkan bagi negerasi kita"
dengan menulis maka hari-hari kita tak akan terlewatkan dengan sia-sia, melainkan menjadi inspirasi bagi setiap pembaca.

Tetapi setahu saya menjadi penulis hidupnya akan kesepian karena harus menyendiri dan hanya bergelut dengan alat tulis ? tanyanya kembali.
Ya.. Memang kesepian, namun apakan itu begitu buruk untuk dilekatkan dalam diri kita ? dia hanya terdiam mendengar perkataanku.

boleh saja jiwa ini menjadi sepi dibalik jendela keramaian tetapi cukuplah menjadi keanggaan ketika suatu saat nanti setiap orang menjadi baik setelah membaca karya yang kita ciptakan hari ini. Menjadi penulis memiliki banyak warna, tinggal bagaimana kita mengolahnya menjadi suatu karya. Menjadi penulis berarti siap menjadi sosok yang akan dikenang suatu saat nanti mungkin ketika kita tak ada lagi didunia ini. Saya tak  memilik banya harta yang akan ku wariskan, dan tak memilik sebidang tanah untuk ku pindah tangankan kepada anak-anakku kelak. olehnya itu saya menulis.

Tak masalah ketika orang lain menertawan karya kita hari ini. cukuplah itu menjadi faktor eksternal yang akan membuat kita tetap berkarya. karena terkadang setiap orang hanya sibuk mengkritik setiap karya orang lain namun dibalik kesibukannya itu justru dia tak mampu berkarya.

Tak jadi masalah ketika kita sendirian dijalan ini, dibawah gelapnya malam, hanya kita yang berjalan menyusuri jalan yang penuh duri, tapi yakinlah bahwa di ujung perjalan kita, akan ada setitik cahaya, cukuplah setitik caya yang akan menerangan kegelapan kita selama ini.

Setiap orang berhak untuk berkarya, setiap orang berhak untuk bercerita agar suatu saat nanti dapat dikenang sebagai tokoh yang pernah hidup di.dunia ini, karena orang yang tak memiliki cerita sama halnya tak pernah hidup di dunia ini.

Olehnya Itu Saya Menulis



Gambar terkait:


Juru Kamera : Rahmat Badaruddin

No comments:

 

Total Pageviews

Pages