About

Tuesday, July 8, 2014

Hingga Malaikat Pun Lelah Mencatat Kisah Kita

Makassar, 09 Juli 2014
Oleh: Adhy Paturusai

Lelah telah terbersik dalam jiwaku. Mengejarmu, mencarimu namun tak lagi kutemui. Pandangan tertuju jauh kebelakang saat kita melangkah bersama dan bermimpi untuk hidup bersama. Kebahagian tetap terasa meski tak pernah berlangsung lama. Kembali teringat kisah tahun lalu ketika hubungan kita diselimuti oleh permasalahan yang tak ada hentinya, bahkan kita masih berputar pada permasalahan yang sama hari ini.

Pikirku memaksa untuk melepasmu. Namun, hal ini justru menyakitkan hatiku. Jiwaku begitu menginginkanmu bahkan rela untuk merasakan sakit yang berulang-ulang demi untuk melihatmu kembali. Jiwaku selalu merindukanmu saat kau jauh dari sisiku, hingga dalam keseharian aku memimpikanmu, memimpikan cintamu untuk menemani jiwaku.

Hidup berkabung dalam duka, berjalan tak tahu arah dalam setiap langkahku, cintamu menjadi tujuan dalam setiap mimpi yang menggantung bersama bintang-bintang dimalam hari, bersama mentari yang mencerahkan bumi meski terkadang tak ku temui keduanya. Hati ini kembali menangis saat hujan mengguyuri bumi dan duka kembali menyesakkan hati dan jiwaku.

Mentari kembali menyinari bumi, begitu cerah hari ini bahkan pertengkaran-pertengkaran kemarin berbalik arah dan berubah seketika. Kita kembali layaknya pasangan kekasih yang begitu mesrah. Keindahan dalam diri terpaut dan terpancar untuk saling menyinari. Teriakan-teriakan kemarin yang menyakitkan kini telah berubah oleh hiasan senyumanmu.

Dalam lelah kuterbari didekatmu, jauh kuterbawa oleh mimpi-mimpi, lalu kemudian kutersentak terbangun oleh suara petir dingan sinar yang menakutkan, menyambar disetiap sudut bumi hingga menelan engkau yang masih duduk didekatku sebelum tertidur tadi. Genggaman tangan inipun telah kosong oleh lembutnya jemarimu, di ruangan ini tak ada siapa-siapa lagi selalu aku, hanya aku seorang dalam duka. Saat terbangun segera beranjak dari tempat dudukku, aku kembali mencarimu dan hal ini telah berulang sekian kali. Rasa takut kembali menggerogotiku karena kehilanganmu bahkan jauh lebih menakutkan dari suara dan sinar petir yang menghentakkan tidurku.

Terbayang yang terindah lalu bermimpi dalam duka, lelah dalam mencarimu namun tak kutemui engkau dari sudut manapun. Sesak begitu terasa dalam hati seakan tak dapat membendung karena kehilanganmu. Jiwaku meronta tak karuan begitu sesak dalam dada.

Aku tertidur dalam tangis dan duka, namun hal ini tak membawaku pada kondisi yang lebih baik. Kuterbawa dalam mimpi yang semakin memperburuk. Ingin kuterbangun namun tak ingin membuka mata. Bingung, entah harus tertidur seterusnya atau harus terbangun dan membuka mata dengan menerima kenyataan bahwa engkau tak ada lagi dari pandanganku. Dua alam yang tak dapat memberikan kedamaian lagi.


Aku tetap tertidur, tak kutemui alasan untuk terbangun dan beranjak dari tempat ini karena karena begitu takut melihat bulan tanpa sinarnya.


Adhy Wj

No comments:

 

Total Pageviews

Pages