About

Thursday, June 12, 2014

Merindu Dalam Bayangku

 “…….Saat kehilangan cinta sejati, saat itulah kita kehilangan makna. Hidup dalam kekosongan, berjalan dalam kegelapan jiwa. Tapi, kemungkinan takdir tetap ada, walau tak tahu arah kehidupan ini.
Beranjak dan meninggalkan lilin yang telah padam, hanya terdapat cahaya dilangit yang jauh, entah itu bintang yang beruntung mendapat sinar matahari.
Pandangan kembali tertuju jauh dari kondisi saat ini seakan melampaui batas waktu, menerawang tujuan yang semakin dekat namun tetap tak diketahui”.

“Selamat pagi mentari yang terang” sapaku sambil membuka jendela kamar saat beranjak dari tempat tidurku. Tampaknya hari ini merupakan hari yang cerah, beberapa orang terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, bahkan sebagian dari mereka sibuk mengurusi anaknya yang siap berangkat ke sekolah.
Aku melangkah menuruni tangga dari lantai dua, lalu menuju dapur dan seketika keteguk segelas air putih untuk melepas rasa hausku. Gelas yang berisi air kubawa serta menuju ruang tengah sambil membuka beberapa pesan singkat yang masuk diponselku semalam. Ya ya ya… sudah dua minggu berlalu, seakan
merindukan sapaan dari seseorang saat bangun tidur melalui via telephon. Semua berlalu begitu saja meski tak semudah yang kupikirkan karena terkadang terdapat batu di tengah jalan yang menghalangi hingga kukembali menoleh ke belakang dan ragu untuk melangkah.
Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat seakan terdapat beban yang tak dapat lagi kupikul, pikiran ini hadir bukan kali ini saja, tapi hampir setiap pagi saat aku membukan mata. Pikiran ini tak pernah hilang. Keraguan, rasa takut akan benar-benar kehilangannya masih menghantui meski itulah hal yang sebenarnya telah terjadi. Aku habiskan waktu berjam-jam untuk merenung, memikirkan hal yang sama seperti kemarin. Aku seperti dua sisi yang saling berbenturan hingga mengciptakan perdebatan yang tak ada habisnya. Pikiranku mencoba merasionalkan namun hati ini tetap berkata bahwa hal itu tidak rasional.

“….. Aku ingin kembali tidur, karena dengan cara itu Aku dapat mendengar tawamu, melihat senyum kecilmu dan merasakan hangatnya tubuhmu”

Tampaknya hari semakin siang, sementara aku masih duduk seperti beberapa jam yang lalu. Aku segera bangkit dari tempat duduk dan mengambil handuk lalu ke kamar mandi, siang ini ada beberapa hal yang harus diselesaikan di kampus. “Tampaknya Dia”, namun hanya sekedar berlalu seakan tak mengenaliku, kumengikutinya dengan mataku hingga dia semakin jauh dan hilang dari pandanganku. Pikiranku semakin berkecamuk tak jelas, memaksa untuk menghadirkan pertanyaan untuk mengetahui kondisinya namun tampaknya dia baik-baik saja, dilain sisi aku membodohi diriku sendiri dengan perasaan seakan kembali peduli.
Tak ada yang berubah dariku, aku berpikir telah melangkah jauh dengan perjalan selama dua minggu, namun ternyata masih ditempat yang sama dan keadaan yang sama. Hal yang tak seharusnya terjadi namun tak dapat kubendung perasaan ini untuk tetap mengharapkannya.
“Itukah tujuan hidupku”?
“itukan takdir yang selama ini tak kuketahui arahnya tentang apa yang akan terjadi”. Lalu sampai kapan permasalah ini terjawab hingga aku benar-benar bisa berbuat dan melangkah dalam keadaann yang sesungguhnya, bukan keadaan membingungkan seperti sekarang ini. Aku melihat dengan mataku namun yang ku temui hanya ruang hampa tanpa arah.
 Rasanya aku ingin mengakhir semuanya, mungkin inilah takdir itu, jawaban dari setiap pertanyaanku, kita pernah pernah bersama namun tidak untuk selamanya karena inilah takdirnya. Akupun ingin melihat duniaku yang sesungguhnya, melangkah tuk menemukan harapan yang lebih baik. Aku menerawang jauh dari kondisiku saat ini seakan melampaui batas waktu.

Hari ini hanyalah bagian terkecil dari kehidupan, tak pantaslah jika kuhabiskan tanpa melangkah jauh, tak ada yang salah selama ini, bahkan akupun tak pernah menyalahkanmu karena setidak kita telah pernah mencoba tuk bersama dan aku bangga tentang kisah itu.


Adhy Wj

No comments:

 

Total Pageviews

Pages