“…….Saat kehilangan cinta
sejati, saat itulah kita kehilangan makna. Hidup dalam kekosongan, berjalan
dalam kegelapan jiwa. Tapi, kemungkinan takdir tetap ada, walau tak tahu arah
kehidupan ini.
Beranjak dan meninggalkan
lilin yang telah padam, hanya terdapat cahaya dilangit yang jauh, entah itu
bintang yang beruntung mendapat sinar matahari.
Pandangan kembali tertuju
jauh dari kondisi saat ini seakan melampaui batas waktu, menerawang tujuan yang
semakin dekat namun tetap tak diketahui”.
“Selamat
pagi mentari yang terang” sapaku sambil
membuka jendela kamar saat beranjak dari tempat tidurku. Tampaknya hari ini
merupakan hari yang cerah, beberapa orang terlihat sibuk dengan aktivitas
mereka masing-masing, bahkan sebagian dari mereka sibuk mengurusi anaknya yang
siap berangkat ke sekolah.
Aku
melangkah menuruni tangga dari lantai dua, lalu menuju dapur dan seketika
keteguk segelas air putih untuk melepas rasa hausku. Gelas yang berisi air
kubawa serta menuju ruang tengah sambil membuka beberapa pesan singkat yang
masuk diponselku semalam. Ya ya ya… sudah dua minggu berlalu, seakan
merindukan sapaan dari seseorang saat bangun tidur melalui via telephon. Semua berlalu begitu saja meski tak semudah yang kupikirkan karena terkadang terdapat batu di tengah jalan yang menghalangi hingga kukembali menoleh ke belakang dan ragu untuk melangkah.
merindukan sapaan dari seseorang saat bangun tidur melalui via telephon. Semua berlalu begitu saja meski tak semudah yang kupikirkan karena terkadang terdapat batu di tengah jalan yang menghalangi hingga kukembali menoleh ke belakang dan ragu untuk melangkah.
Aku
menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat seakan terdapat
beban yang tak dapat lagi kupikul, pikiran ini hadir bukan kali ini saja, tapi hampir
setiap pagi saat aku membukan mata. Pikiran ini tak pernah hilang. Keraguan,
rasa takut akan benar-benar kehilangannya masih menghantui meski itulah hal
yang sebenarnya telah terjadi. Aku habiskan waktu berjam-jam untuk merenung,
memikirkan hal yang sama seperti kemarin. Aku seperti dua sisi yang saling
berbenturan hingga mengciptakan perdebatan yang tak ada habisnya. Pikiranku mencoba
merasionalkan namun hati ini tetap berkata bahwa hal itu tidak rasional.
“….. Aku
ingin kembali tidur, karena dengan cara itu Aku dapat mendengar tawamu, melihat
senyum kecilmu dan merasakan hangatnya tubuhmu”
Tampaknya
hari semakin siang, sementara aku masih duduk seperti beberapa jam yang lalu. Aku
segera bangkit dari tempat duduk dan mengambil handuk lalu ke kamar mandi,
siang ini ada beberapa hal yang harus diselesaikan di kampus. “Tampaknya Dia”, namun
hanya sekedar berlalu seakan tak mengenaliku, kumengikutinya dengan mataku
hingga dia semakin jauh dan hilang dari pandanganku. Pikiranku semakin
berkecamuk tak jelas, memaksa untuk menghadirkan pertanyaan untuk mengetahui
kondisinya namun tampaknya dia baik-baik saja, dilain sisi aku membodohi diriku
sendiri dengan perasaan seakan kembali peduli.
Tak
ada yang berubah dariku, aku berpikir telah melangkah jauh dengan perjalan
selama dua minggu, namun ternyata masih ditempat yang sama dan keadaan yang
sama. Hal yang tak seharusnya terjadi namun tak dapat kubendung perasaan ini
untuk tetap mengharapkannya.
“Itukah
tujuan hidupku”?
“itukan
takdir yang selama ini tak kuketahui arahnya tentang apa yang akan terjadi”. Lalu
sampai kapan permasalah ini terjawab hingga aku benar-benar bisa berbuat dan
melangkah dalam keadaann yang sesungguhnya, bukan keadaan membingungkan seperti
sekarang ini. Aku melihat dengan mataku namun yang ku temui hanya ruang hampa
tanpa arah.
Rasanya aku ingin mengakhir semuanya, mungkin inilah
takdir itu, jawaban dari setiap pertanyaanku, kita pernah pernah bersama namun
tidak untuk selamanya karena inilah takdirnya. Akupun ingin melihat duniaku
yang sesungguhnya, melangkah tuk menemukan harapan yang lebih baik. Aku menerawang
jauh dari kondisiku saat ini seakan melampaui batas waktu.
Hari
ini hanyalah bagian terkecil dari kehidupan, tak pantaslah jika kuhabiskan tanpa
melangkah jauh, tak ada yang salah selama ini, bahkan akupun tak pernah
menyalahkanmu karena setidak kita telah pernah mencoba tuk bersama dan aku
bangga tentang kisah itu.
Adhy Wj
Adhy Wj
No comments:
Post a Comment