About

Saturday, February 1, 2014

AYAH

Aku duduk sendiri di teras malam itu
Aku memandangi langit yang tak Nampak karena tertutupi dedaunan
Aku menatap tak berderah
Menikmati aliran sungai kecil yang berirama depan rumah kita

Memandangi jalan yang sepi
Mamatahkan kesunyian dengan tatapan liar
Hingga kudapati engkau berjalan merontah
Dengan kaki telanjang

Sabit dan cangkul engkau bawa bersamamu
Pakaian penuh lumpur masih engkau kenakan malam itu, "Tidakkah kau kedinginan karenanya ?"
Kemeja dengan dada terbukan menampakkan tulang rusukmu
Engkau semakin tua, Tubuhmu semakin kurus tak terawat

Engkau meletakkan cangkulmu dengan tenang
Menggantung pakaian kotormu dengan rapi
Lalu beranjak menemui kekasihmu
Yang telah menunggu dirumah

Seharian engkau habiskan waktumu di sawah
Tak pernah kau menghiraukan mentari yang membakar kulitmu
Hujan yang menggetarkan gerahanmu
Demi menghidupi anak dan istrimu

Aku tak dapat menemuimu kala itu
Aku lebih memilih duduk di rumahmu
memandangimu
dan menatapmu dari kejauhan
 kesedihanku tertancap, menusuk kedalam sanubariku
air mata mengalir dan menetes tanpa kusadari

Ayah, selama ini aku memandangmu sebelah mata
Kebencian menjadi raja bagiku dikala engkau melarangku ini dan itu
Aku mematahkan rembulan yang engkau berikan
Aku mengubur bintang hingga tak dapat bersinar lagi

Malamku benar-benar sepi
Engkau telah menghilang dari pandanganku
Namun langkahku tak gelap lagi Ayah
Jelanku telah diterangi oleh jiwamu yang suci
Menyelimutiku dengan  kehangatan dalam dinginku
Memberikan warna dari setiap persinggahanku.




Adhy Wj

No comments:

 

Total Pageviews

Pages