About

Friday, January 24, 2014

Lilin Harapan

Dikala kau bercumbu dengan tangismu dan menjelma dalam keheningan, disaat itulah kau berada dalam hayalku, menghiasiku dalam kebimbangan. jangan kau sedih ataupun pilu karena hal inilah yang dapat membuatmu menjadi lebih baik, “pikirku.......”
Aku habiskan waktuku tuk selalu mencarimu dari saat sang fajar menyapa, hingga saat petang membenamkan sang surya, kenapa kau selalu bersembunyi di balik dekapan sang ombak? dan menangis dalam butir butir hujan yang larut dalam samudra? tak dapatkah kau ceritakan padaku tentang hidupmu? atau bahkan tentang masalahmu, apa yang membuatmu menangis saat ini? ku coba tuk gambarkan senyumanmu oleh lemahnya jemariku.
Aku sadar, takkan ada yang dapat gantikan hangatnya senyummu, malamku benar-benar gelap tanpa belaian rembulan dan petikan cahaya lilih yang dulu pernah kau nyalakan saat masih berada disini, ditempat dimana kau menunjukkan dunia untukku, lilin itu telah redup, telah pupus termakan waktu ditengah perjalananku, kini sang pagi telah menantiku, menawarkan langkah langkah baru tanpamu, apakah yang harus ku pilih? menunggumu? melupakanmu? atau bahkan membencimu? sungguh aku tak tahu, aku tak pernah tahu.... aku terlalu lemah tuk tahu. hanya berharap, esok kau kan datang padaku, memberikan cahaya baru untuk menerangi langkahku yang kian tertatih, bersama melewati duri dan bebatuan yang selama ini kukeluhkan.
Tuhan, jika mimpiku ini terlalu besar dan berat tuk Engkau penuhi, apalah daya harapan ini. Harapan yang selalu mengantarku dalam tidur. Dan Harapan ini pulalah yang hadir dan menyapaku bersama mentari pagi.

No comments:

 

Total Pageviews

Pages