Dikala kau bercumbu dengan tangismu dan menjelma dalam
keheningan, disaat itulah kau berada dalam hayalku, menghiasiku dalam
kebimbangan. jangan kau sedih ataupun pilu karena hal inilah yang dapat
membuatmu menjadi lebih baik, “pikirku.......”
Aku habiskan waktuku tuk selalu mencarimu dari saat
sang fajar menyapa, hingga saat petang membenamkan sang surya, kenapa
kau selalu bersembunyi di balik dekapan sang ombak? dan menangis
dalam butir butir hujan yang larut dalam samudra? tak dapatkah kau
ceritakan padaku tentang hidupmu? atau bahkan tentang masalahmu,
apa yang membuatmu menangis saat ini? ku coba tuk
gambarkan senyumanmu oleh lemahnya jemariku.
Aku sadar, takkan ada yang dapat gantikan hangatnya
senyummu, malamku benar-benar gelap tanpa belaian rembulan dan petikan cahaya
lilih yang dulu pernah kau nyalakan saat masih berada disini, ditempat dimana
kau menunjukkan dunia untukku, lilin itu telah redup, telah pupus termakan
waktu ditengah perjalananku, kini sang pagi telah menantiku,
menawarkan langkah langkah baru tanpamu, apakah yang harus ku
pilih? menunggumu? melupakanmu? atau bahkan membencimu? sungguh aku
tak tahu, aku tak pernah tahu.... aku terlalu lemah tuk tahu. hanya
berharap, esok kau kan datang padaku, memberikan cahaya baru untuk menerangi
langkahku yang kian tertatih, bersama melewati duri dan bebatuan yang selama
ini kukeluhkan.
Tuhan, jika mimpiku ini
terlalu besar dan berat tuk Engkau penuhi, apalah daya harapan ini. Harapan
yang selalu mengantarku dalam tidur. Dan Harapan ini pulalah yang hadir dan
menyapaku bersama mentari pagi.
No comments:
Post a Comment