Sepenuh
hatiku, mencintaimu
Mencintaimu merupakan kesempatan terindah
bagiku, semua mengalir begitu indah hingga ku tak sadar ku telah jatuh dalam
buaianmu, setia waktuku ku habiskan untuk mengingatmu dan merindukanmu, ku coba
untuk bisa dekat denganmu namun ku terhalang dengan sisi yang tak berpihak
olehku.
Awalnya kita depertemukan dengan keadaan yang
tak terduga olehku, kita menjadi akrab dikala itu, mungkin karena sebelumnya
telah sering berbagi informasi lewat online atau yang lebih dikenal dengan nama
facebook.
Malam itu berlalu begitu cepat hingga ku tak
sadar pagi telah menyambut dengan sinarnya yang begitu indah seakan-akan
tersenyum melihat kita berdua,
Kebersamaan itu tak berakhir sampai disitu,
namun semua berlanjut setelah kita kembali dari puncak, di kampus kita lebih
sering bersama, bertemu dikala kelas lagi kosong, berbagi cerita antara satu
sama lain begitu pun ketika kita tak sempat bertemu, kita memanfaatkan pesan
singkat untuk berbagi cerita.
Ku yakin, ku telah jatuh cinta saat itu, ya,
semua begitu indah ku rasakan, namun, aku tak punya nyali yang besar untuk
mengatakannya kepadamu, belum lagi saya bukanlah tipe pria romantic yang
memiliki banyak konsep untuk mengatakan cinta hingga membuatmu terkesan.
Namun,
ku coba pendam perasaan ini hingga saatnya tiba untuk mengatakannya.
Semau berjalan seperti biasanya, hari demi
hari kita lalui bersama, meski tak ada yang istimewa namun setidaknya ku coba
tuk menikmatinya. Hingga suatu malam, ketika itu ku antar kau pulang dari
kampus, ku coba manfaatkan moment itu untuk mengungkapkan perasaanku padamu,
begitu besar harapanku untuk bisa menjalani hari-hariku dengan status pacaran,
numun ternyata saya salah. Baru teringat bahwa telah ada yang lebih dulu
mengikat hatimu saat ini, dia adalah orang yang telah menemanimu jauh sebelum
engkau mengenalku.
Ku tatap matanya sebelum ku meninggalkan
tempat dimana saya mengantarnya malam itu, dan kucoba mengerti tentang
keputusannya meski sangat berat bagiku, tapi tak jadi masalah, setidaknya
engkau tahu tentang apa yang ku rasakan saat ini, cukup kau tahu saja, itulah
seuntai kalimat yang kusampaikan padanya.
Hari berlalu begitu cepat, semua kekecewaan
seakan memudar dengan sendirinya hingga ku kembali dekat dengannya. Namun ternyata
perasaan itu tak pernah hilang sebagaimana hilangnya kekecewaan yang pernah ku
rasakan.
Pernah suatu ketika dia meminjam buku
bacaanku, dan saya pun tak keberatan jika harus meminjaminya, karena ku tahu
dia adalah pecinta buku, hari demi hari, minggu demi minggu sampai bulan demi
bulan telah berlalu. Tiba saatnya dia untuk mengembalikan buku yang telah
dipinjamnya itu. Di tangah kesibuan kami membahas tentang isi buku itu, kami
tak sadar terbawa pada suasana yang begitu dekat, “tahu nggak, mengapa saya pinjam
buku kakak”?
Karena ita tak punya buku mungkin, jawabku
sambil bercanda
Bukan, saya punya beberapa koleksi buku ko’.
Terus kenapa ? saya bertanya dengan penasaran
Buku ini hanya sekedar alasan agar kita bisa
tetap ketemu, itu aja…
Jawabnya sambil tersenyum.
Ku anggap itu hanyalah candaan seperti
biasanya ketika kami bertemu. Ya, hampir setiap kami bertemu hanya menghabiskan
waktu dengan bercanda antara satu sama lain.
Hari-hari kami lalui bersama dengan canda dan
tawa, kami lebih sering bertemu, lebih sering jalan bersama, bahkan tak jarang
saya berkunjung ke tempat tinggalknya begitupun sebaliknya, dia pun sering
berkunjung ke rumahku. Semua terasa indah.
Keputusan
yang berat
Meski komunikasi kita masih berjalan dengan
baik, untuk bertemu pun tak begitu sulit, namun perasaan bosan terkadang
menghantuiku, tak kala kau menampakkan sikapmu yang tak acuh, terkadang lebih
sibuk dan asyik dengan temanmu, semua itu membuatku tak lagi nyaman bersamamu
Saya kembali bimbang dengan perasaan ini,
bukan karena bagiamana mengatakankannya kepadamu tapi bingung dengan apa yang
harus kulakukan. Jujur, ku begitu menyayangimu, ku begitu merindukanmu dikala
kau jauh dariku, namun, entah mangapa ku begitu kecewa ketika kita dipertemukan
justru sikapmu yang tak lagi pedulu padaku.
Ku coba menjauh dan menenangkan dari darimu,
kularikan perasaan ini di tempat dimana kita selalu dipertemukan, karena hanya
itu yang dapat ku lakukan saat ini.
Mungkin selama ini, sayalah yang selalu
berpikir dan berusaha untuk dekat denganmu, sayalah yang selalu berusahan untuk
bisa bersamamu, tapi mengapa justru saat ini, saya sendirilah yang ingin mendur
dari hubungan kita, sepertinya sayalah yang lemah hingga harus menyerah tatkala
hungunan kita semakin dekat.
Saya minta maaf, mungkin hanya itu kata yang
dapat mewakili atas kebodohanku ini. Tak mampu mempertahankan hubungan kita
hingga terjaga dengan baik. Saya hanyalah orang bimbang atas hidupku ini,
karena ketika ku berharap sandaran dari setiap masalahku, justru saat itu ku
tak melihat sosok dari dirimu untuk sedianya menopangku dari derita ini. Saya ta
melihat itu dari dirimu. Saya hanyalah jiwa yang bimbang yang tak tahu harus
kemana jikalau kesediahan menghantuiku, meski ku tahu ada kamu d sampingku tapi
adakau kau rasakan itu ? inilah yang membuatku tak nyaman hingga harus
meninggalkan tempat ini, tempat di mana
kita duduk bersama.
to be continue
No comments:
Post a Comment