About

Wednesday, May 22, 2013

Maafku Yang Tak Terucap


Sepenuh hatiku, mencintaimu


Mencintaimu merupakan kesempatan terindah bagiku, semua mengalir begitu indah hingga ku tak sadar ku telah jatuh dalam buaianmu, setia waktuku ku habiskan untuk mengingatmu dan merindukanmu, ku coba untuk bisa dekat denganmu namun ku terhalang dengan sisi yang tak berpihak olehku.

Awalnya kita depertemukan dengan keadaan yang tak terduga olehku, kita menjadi akrab dikala itu, mungkin karena sebelumnya telah sering berbagi informasi lewat online atau yang lebih dikenal dengan nama facebook.

Malam itu berlalu begitu cepat hingga ku tak sadar pagi telah menyambut dengan sinarnya yang begitu indah seakan-akan tersenyum melihat kita berdua,


Kebersamaan itu tak berakhir sampai disitu, namun semua berlanjut setelah kita kembali dari puncak, di kampus kita lebih sering bersama, bertemu dikala kelas lagi kosong, berbagi cerita antara satu sama lain begitu pun ketika kita tak sempat bertemu, kita memanfaatkan pesan singkat untuk berbagi cerita.

Ku yakin, ku telah jatuh cinta saat itu, ya, semua begitu indah ku rasakan, namun, aku tak punya nyali yang besar untuk mengatakannya kepadamu, belum lagi saya bukanlah tipe pria romantic yang memiliki banyak konsep untuk mengatakan cinta hingga membuatmu terkesan.
Namun, ku coba pendam perasaan ini hingga saatnya tiba untuk mengatakannya.
Semau berjalan seperti biasanya, hari demi hari kita lalui bersama, meski tak ada yang istimewa namun setidaknya ku coba tuk menikmatinya. Hingga suatu malam, ketika itu ku antar kau pulang dari kampus, ku coba manfaatkan moment itu untuk mengungkapkan perasaanku padamu, begitu besar harapanku untuk bisa menjalani hari-hariku dengan status pacaran, numun ternyata saya salah. Baru teringat bahwa telah ada yang lebih dulu mengikat hatimu saat ini, dia adalah orang yang telah menemanimu jauh sebelum engkau mengenalku.

Ku tatap matanya sebelum ku meninggalkan tempat dimana saya mengantarnya malam itu, dan kucoba mengerti tentang keputusannya meski sangat berat bagiku, tapi tak jadi masalah, setidaknya engkau tahu tentang apa yang ku rasakan saat ini, cukup kau tahu saja, itulah seuntai kalimat yang kusampaikan padanya.

Hari berlalu begitu cepat, semua kekecewaan seakan memudar dengan sendirinya hingga ku kembali dekat dengannya. Namun ternyata perasaan itu tak pernah hilang sebagaimana hilangnya kekecewaan yang pernah ku rasakan.

Pernah suatu ketika dia meminjam buku bacaanku, dan saya pun tak keberatan jika harus meminjaminya, karena ku tahu dia adalah pecinta buku, hari demi hari, minggu demi minggu sampai bulan demi bulan telah berlalu. Tiba saatnya dia untuk mengembalikan buku yang telah dipinjamnya itu. Di tangah kesibuan kami membahas tentang isi buku itu, kami tak sadar terbawa pada suasana yang begitu dekat, “tahu nggak, mengapa saya pinjam buku kakak”?
Karena ita tak punya buku mungkin, jawabku sambil bercanda
Bukan, saya punya beberapa koleksi buku ko’.
Terus kenapa ? saya bertanya dengan penasaran
Buku ini hanya sekedar alasan agar kita bisa tetap ketemu, itu aja…
Jawabnya sambil tersenyum.

Ku anggap itu hanyalah candaan seperti biasanya ketika kami bertemu. Ya, hampir setiap kami bertemu hanya menghabiskan waktu dengan bercanda antara satu sama lain.
Hari-hari kami lalui bersama dengan canda dan tawa, kami lebih sering bertemu, lebih sering jalan bersama, bahkan tak jarang saya berkunjung ke tempat tinggalknya begitupun sebaliknya, dia pun sering berkunjung ke rumahku. Semua terasa indah.

Keputusan yang berat

Meski komunikasi kita masih berjalan dengan baik, untuk bertemu pun tak begitu sulit, namun perasaan bosan terkadang menghantuiku, tak kala kau menampakkan sikapmu yang tak acuh, terkadang lebih sibuk dan asyik dengan temanmu, semua itu membuatku tak lagi nyaman bersamamu

Saya kembali bimbang dengan perasaan ini, bukan karena bagiamana mengatakankannya kepadamu tapi bingung dengan apa yang harus kulakukan. Jujur, ku begitu menyayangimu, ku begitu merindukanmu dikala kau jauh dariku, namun, entah mangapa ku begitu kecewa ketika kita dipertemukan justru sikapmu yang tak lagi pedulu padaku.

Ku coba menjauh dan menenangkan dari darimu, kularikan perasaan ini di tempat dimana kita selalu dipertemukan, karena hanya itu yang dapat ku lakukan saat ini.

Mungkin selama ini, sayalah yang selalu berpikir dan berusaha untuk dekat denganmu, sayalah yang selalu berusahan untuk bisa bersamamu, tapi mengapa justru saat ini, saya sendirilah yang ingin mendur dari hubungan kita, sepertinya sayalah yang lemah hingga harus menyerah tatkala hungunan kita semakin dekat.

Saya minta maaf, mungkin hanya itu kata yang dapat mewakili atas kebodohanku ini. Tak mampu mempertahankan hubungan kita hingga terjaga dengan baik. Saya hanyalah orang bimbang atas hidupku ini, karena ketika ku berharap sandaran dari setiap masalahku, justru saat itu ku tak melihat sosok dari dirimu untuk sedianya menopangku dari derita ini. Saya ta melihat itu dari dirimu. Saya hanyalah jiwa yang bimbang yang tak tahu harus kemana jikalau kesediahan menghantuiku, meski ku tahu ada kamu d sampingku tapi adakau kau rasakan itu ? inilah yang membuatku tak nyaman hingga harus meninggalkan tempat ini, tempat di mana  kita duduk bersama.


to be continue

No comments:

 

Total Pageviews

Pages