About

Tuesday, May 7, 2013

Ku Harus Menyalahkan Siapa Tentang Cinta Ini


Aku sedang bimbang dan sedang ingin menyepi, tatkala ketertawa terbahak didekatnya dan dia pun tertawa hingga kemudian ku sadar bahwa tak ada yang lucu dari pembicaraan kami. Aku semakin gelisah ketika handphoneku tak lagi berdering ditengah harapku akan candanya lewat pesan singkat seperti hari-hari sebelumnya. Ku coba menuntut meski terkadang kasar dan menuai persepsi negative darinya dan akupun sadar akan hal itu bahwa ku sedang menuntut. Tapi apakah kusalah jika kuberharap lebih darinya.
Sebagai orang yang mencintainya tentunya akan dipenuhi kebimbangan ketika jauh darinya namun tak dapat berbuat apa-apa ketika dia hanya bilang “Aku  Tidak Bisa”. Ya.. itulah jawaban darinya, semakin memperjelas akan cinta yang tak terbalas. Tapi apakah ku salah jika
berharap darinya lebih dari hubungan kami saat ini ? kuingin berteriak sekencang-kencangnya hingga mengalahkan deru hujan yang begitu deras sore itu. “apa yang salah” dan “siapa yang harus kusalahkan” apakah kusalah jika ku berharap darinya ? itulah pertanyaan yang berulang kali kuucapkan saat ini. apakah ada aturan yang telah amandemen bahwa ku tak bisa berharap lebih darinya ?
“Kamu begitu keras kepala, selalu menghadapai masalah dengan emosi dan itu merupakan alasan bahwa kita tak bisa bersatu, sifat kita bertolak belakang untuk hidup bersama” jawaban singkat darinya yang mencoba membuatku bungkam beberapa detik hingga ku mencoba berfikir bahwa tidak sepenuhnya seperti itu. Ku coba meyakinkannya dengan alasan yang selalu dibentahnya yang seolah-olah tak ingin mendengar alasan dariku. Saya sayang banget sama kamu dek, sayang  banget” hanya itulah yang dapat ku ungkapkan saat itu, karena perasaan ini bukanlah materi ajar yang harus dipersiapkan dan dikonsep baik-baik dari jauh hari sebelumnya.
Aku yang berharap lebih dikala itu menganggap bahwa kami dapat bersatu, ya mungkin dapat menjalani hari-hari bersama hingga kami dapat mengukir sejarah indah dalam hidup ini. Itulah harapan yang selalu terbesik dalam hatiku yang kucoba gambarkan dalam imajinasi yang baru kusadari bahwa tak ayalnya hanyalah sebuah harapan kosong.
Beberapa pesan singkat yang masih tersimpan dimemori telpon kucoba buka kembali, karena pernah suatu ketika dia mengatakan bahwa dia sempat merasa bahagia berada didekatku, sedikit menikamati hari-harinya meski terkadang singkat dan dia pun selalu ingin bertemu meski terkadang ku terlihat cuek dihadapannya. Tapi itulah pesannya yang membuatku berpikir bahwa dia bersedia untuk hidup bersamaku. Tapi mendung tak selamanya hujan akan turun, lalu untuk apa dia mengatakan semua itu ? untuk apa memberikan ilustrasi yang dapat membuatku berpikir akan cinta yang kau berikan, yang kutangkap dari setiap tindakan dan perkataanmu bahwa yang kau rasakan sama halnya dengan perasaanku saat ini. Lalu untuk apa semua ini jika pada akhirnya hanya kata “aku tak bisa” yang keluar dari bibirmu.
Kusadar bahwa ku tak dapat memetik bulan tuk kupersembahkan untukmu, tapi setidaknya kudapat memberikan setitik cahaya untuk masa depan kita. Sejuta alasan kau coba utarakan diamalam itu, yang terkadang membuatku tak dapat berkata apa-apa lagi. Kucoba mendengarkan ucapanmu laksana puisi ditengan alunan musik yang terdengar tak jauh dari tempat kami.
Kucoba menggapai tangannya dan kugenggap sambil mengatakan “harapan terbesarku saat ini adalah kudapat menggenggam tanganmu hingga hari tua menemuai kita berdua, tapi kudisadarkan dengan kondisi yang meneriakkan dalam hatiku bahwa mungkin malam inilah terakhir kalinya. Aku yang hanya bisa berharap, bukan berarti kumenuntut untuk mencintaiku, dan aku yang hanya bisa mencintaimu bukan berarti kata “YA” yang harus selalu kau ucapkan, aku sadar akan hal itu.
Semua akan baik-baik saja, tak akan ada yang berubah” kucoba memberikan sinyal bahwa kumampu menerima semua ini, ya.. kumampu menerima semua ini. Namun jika suatu saat nanti ku tak muncul lagi dihadapanmu, mungkin ku telah menghilang untuk selamanya dan tak usah kau mengkhawatirkanku, dan mungkin ketika kita berpisah malam ini hingga kuterbangun esok hari tak ada lagi hal yang perlu dikenang tentang kebersamaan kita sebelumnya. Jika suatu saat nanti kamu hidup bahagia dengan orang yang tak ingin kau sebut namanya, tak perlu kau sampaikan kepadaku, biarlah kunikmati hari-hariku tanpamu meski terkadang begitu sulit tuk kujalani.
Kamu pantas bahagia bersamanya, dan sangat pantas pula mempertahankan dan menjaga kepercayaannya, justru yang tak pantas adalah ketika kau menghianatinya hanya utnk orang yang begitu keras kepala dan egois sepertiku. Dia adalah orang yang begitu pantas mendampingimu dan menggenggam tanganmu ketika ingin berjalan mengarungi cerita selama hidup ini.
Lalu, hati kecilku berbisik mengingatkan, Untuk lebih membuka mata lebar-lebar dari yang seharusnya. Sebenarnya aku tahu.. Tak perlu aku membohongi diri sejauh ini, karena hasilnya akan tetap sama. Takkan pernah ada tentangku, karena, ku akui atau tidak, di hatimu telah cuku sesak namanya, BUKAN namaku,".
Mati-matian aku mencoba menelan ludahku sendiri. Merutuk dalam hati. tak ada yang spesial dengan kenangan kita. tak ada. Semuanya bisasa saja. Rasa seperti ini bisa terbit pada siapa saja. Tanpa ku harus memilihknya. Karena setiap hati telah memiih hati yang akan disinggahinya dengan sendirinya. Yah dengan sendirinya, tanpa persetunuan nalar. Demikian dengannya.
Hatiku bisa sajja  telah memilih hatimu, tapi disisi lain ternyata hatimu tak pernah memilih hatiku. namun bagaimanapun, rasa itu terlanjur ku titipkan pada rembulan malam ini.
Kududuk sendiri diteras rumah sambil menatap rembulan yang masih setia menemaniku malam ini. Aku yang hanya bisa mengingat hari-hari yang telah lalu terkadang membuat dadaku sesak dan meneteskan air mata. Tidak, tak perlu seperti ini, masa depan terlalu ini untuk disia-siakan dengan memikirkan orang yang telah jauh, dan tak mengerti tentang perasaan, Ku tak ingin lagi hari-hariku dewarnai kesuraman dengan harapan kosong selama ini, ku kembali marah pada keadaan yang tak memihak kepadaku. Tapi aku begitu lemah untuk hal ini. Aku adalah orang yang begitu mencintainya dan tak dapat jauh darinya, aku hanyalah orang yang telah diracuni untuk dapat menatapnya dikeseharianku.
Aku bimbang ditengah kesunyian malam ini, tak tahu harus berbuat apa dikala kumasih begitu menginginkannya. Adakah yang mampu merasaakan apa yang menimpaku saat ini ? haruskan kusalahkan Tuhan yang telah mengizinkanku jatuh cinta kepadanya ? dan haruskah pula kumenuntut karena tak mengizinkanku tuk bersamanya ? mengapa Tuhan begitu kejam untuk masalah ini ? ku dibuat gila karenanya, ku tak dapat menatap hari-hariku lagi karena tanpanya.
Malam semakin larut, kutak dapat lagi bercerita banyak kepada rembulan yang masih setia mendengarkanku. Izinkan kuberistirahat malam ini, izinkan kupejamkan mataku sejenak untuk melepas segala beban yang kurasakan, dan kuharap mentari diesok hari bersedia menyambutku dengan senyuman sebagai hari yang indah tuk memulai langkah baru.
Biarlah ku pergi dan menjalani hari-hariku ini dan terima kasih telah mengizinkanku selama ini menatap wajahmu yang nan indah mungkin karena senyummu, hidungmu atau mengkin karena kacamata yang menghiasi raut wajahmu. meski harus kuakui kumengawalinya dengan menatapnya diam-diam dan sejujurnya ku begitu menikmatinya….

No comments:

 

Total Pageviews

Pages