About

Monday, March 11, 2013

Biarlah Buku Ini Mejadi Saksi Kekecewaanku

Jum'at, 08 Maret 2013 ku pikir  bukan hari yang buruk untuk mengawali coretanku ini karena untuk menghasilkan suatu karya tak perlu menunggu waktu yang tepat, karena tidak ada waktu yang tepat untuk orang yang selalu menunda-nunda pekerjaan. kurang lebih seperti itulah kata orang yang selalu memberikan motivasi untuk orang lain dan termasuk diri
sendiri.

DPR atau DePan Rektorat adalah salah satu tempat yang tidak asing lagi buatku dan bagi mahasiswa Universitas Negeri Makassar khususnya sektor gunung sari baru makassar, tempat ini sering menjadi tempat buat ngumpul bagi teman-teman, awalnya saya heran, di mana tuh DPR, karena katanya tempat itu asyik untuk ngumpul. nah diberitahulah saya sama adinda dari jurusan Pend. Administrasi Perkantoran FIS UNM bahwa DPR itu singkatan dari DePan Rektorat.

dalam coretan saya kali ini tentunya tidak ingin mengupas habis tentang DPR atau DePan Rektorat bahkan tempat apa pun itu, tapi sedikit menuangkan kisah pada hari itu, di mana hari yang menurutku begitu indah sekaligus rintihan tangis dalam hati ini.
megawali pagi tentunya seperti biasa dengan suguhan teh hangat dan roti menemani kesendirian di kost, suatu kebiasaan yang menurutku tidak begitu buruk karena sebagian orang mengatakan bahwa minum teh baik untuk kesehatan, tapi entahlah benar atau tidak karena saya sendiri belum pernah mencari tahu tentang hal itu. sambil menikmati alunan musik lewat Handphone saya teringat bahwa hari ini telah saya jadwalkan untuk ketemu teman karena dia ingin mengembalikan buku yang telah lama dia pinjam sekaligus mempresentasekan isi dari buku tersebut, jam 09.00 WITA adalah waktu yang telah kami sepakati bersama pada hari sebelumnya, hari ini ada beberapa agenda sehingga membuat saya akan terlambat menemuinya, dengan tidak membuatnya kecewa karena menunggu lama, kupikir tidak ada salahnya jika saya terlebih dahulu menyampaikan keterlambatan lewat sms, dan dia pun kelihatannya tidak keberatan dengan hal ini. jam 09.40 wita saya kembali mengirimkan pean singkat bahwa saya telah menuju kampus dan dia pun begitu. sesampai dikampus ternyata saya datang lebih dulu karena dia sendiri belum muncul, suatu hal yang saya sesalkan ketika dia memberitahukan bahwa dia ada ditempat lain dan ketika ku bermaksud menemuinya ditempat itu, tetap saja dia tidak ada. karena merasa dibohongi, langsung saja balik ke sekretariat untuk melanjutakan kerjaan, namun tidak lama kemudian deringan hp saya berbunyi dan dia menunggu di DPR atau Depan Rektorat. jujur saya tidak ingin menemuinya pagi itu karena kebohongan yang dia lontarkan kepadaku. namun tidak ada salahnya jika memberinya kesempatan.
sesampai di DPR terlihat dia berada diatas motor barunya dan dengan style yang beda, dan hanya satu kesan yang ingin ku katakan pagi itu "kamu memang cantik".
dengan rambut terurai, senyuman yang manis dan tentunya kaca mata yang selalu menghiasi kecantikannya membatku tak henti-hentinya melirik dan mecnuri pandang. dan ku nikamati pagi itu bersamanya.
sebagaimana kesepakatan sebelumnya bahwa dia akan mempresentasekan isi buku yang telah dipinjamnya selama dua bulan ternyata itu adalah awal dari obrolan kita, dia begitu inspiratif bagiku ketika menjelaskan dari setiap pertanyaan yang kulontarkan kepadanya. sedikit candaan menyelingi pembicaraan kami, "dia memang manis" itulah satu kata yang terbesik dipikiranku ketika kumemandangi senyumnya.

"senyuman adalah lengkungan lembuh yang mampu meluluhkan banyak hal".

sesaat setelah beberapa pertanyaan terjawab, obrolan kami dilanjutkan candaan darinya termasuk ketika bertanya objek dari setiap tulisanku di blog, ku jawab dengan candaan pula bahwa "siapa pun objeknya, setidaknya anggap saja bahwa itu adalah bagian dari rahasia sipenulis". dengan tidak bermaksud menutupi banyak hal darinya.
"saya sangat berharap kita bersama-sama nantinya, menjalani proses bersama-sama karena jujur terkadang ku tak mampu jika harus berjalan sendiri", setidaknya itulah kata harapan yang ku sampaikan padanya. sedikit senyuman kembali menghiasi pagi itu, dan hanya berkata, berkata dalam kekosongan yang membuatku bingung dengan keadaan ini, seolah-olah membuatku bimbang dalam melangkah. aku laksana burung dengan kaki yang terikat sihingga membuatku tak mampu terbangang sebagaimana burung lain yang bebas mengarungi samudera. dan sisi lain kau pun tak bersedia menyambutku dalam pelukan.
"saya belum mampu manjalani proses bersama kakak, namun saya pun tak sanggup jika kakak harus pergi, jangankan pergi, melepaskan ikatan ini pun, jujur membuatku sakit dan sedih", itulah kata yang terucap dari bibirnya yang sampai saat ini tak ku mengerti.
"jika memang telah ada orang lain di hatimu, lantas mengapa engkau menahanku untuk pergi, tidakkah kau egois dengan sifatmu itu"? sedikit memperjalas dari apa yang ku rasakan.
rintihan hujan mulai turun yang seolah-olah ikut membasahi hati ini dari kepedihan. kututup buku ini dan kusimpan dalam tas, karena ku tak ingin menjadikannya hancur dengan tetesan air mata.

ku ingin pergi dek, kuingin terbang bebas, sebebas-bebasnya sampai ku mampu melupakan atas apa yang saya rasakan walaupun kutahu itu adalah hal yang tak mungkin kulakukan. satu pintaku, jangan pernah merasakan kesedihan itu lagi, karena akan menghalangi langkahku dikemudian hari jika kutemukan penggantimu.

tetesan hujan semakin membasahi, sekaligus sebagai pemisah bagi kami berdua, ku tahu ini sangat menyakitkan, dan itulah yang ku rasakan. kekosongan dalam setiap pikiran membuatku melangkah meninggalkanmu, meninggalkan jejak yang menyisahkan air mata. namun, satu hal yang ingin kukatakan sebelum pergi. "namamu terlah terukir indah dihatiku, jadi ketika engkau berpikir ku akan melupakanmu, kamu salah, karena nama itu tak akan pernah terhapus hingga kapan pun itu. kapan pun itu".

Sekian !!!

1 comment:

Anonymous said...

dalam sekali ceritanya

 

Total Pageviews

Pages